Jumat, 29 April 2011

mimpi buruk

Aku bersama teman- teman kuliahku ketika kudengar salah satu dari mereka ada yang menyukaiku. Kupikir aku mau aja daripada jomblo, toh orang yang disebut suka aku juga lumayan. Saat kumpul bersama, ada sesorang yang turun dari mobil dan ikut bergabung dengan kami. Mereka mengenalnya dan aku pun ternyata mengenalnya, dia itu kak Bayu. Dengan baju merah ati dan celana hitam dia menyapa teman-temanku. Kemudian aku pun menyapanya hanya dengan kata "kak damang, udah lulus kuliahnya yah?". Dalam hati aku tahu dia sudah jadi dokter, tapi obrolan itu tak keluar, kak Bayu pun hanya menjawab singkat dengan kata iya seolah enggan berpanjang-panjang berbincang. Pertemuan yang canggung dan kaku, merasa tidak nyaman. Padahal dibayangan, aku akan menangis saking bahagia saat ketemu dia, banyak yang diceritakan dan berbincang. Meski tahu dia menikah seperti dalam mimpi sebelumnya, tapi tetap bahagia dan damai.

Kesempatan berikutnya, tiba-tiba aku ketemu dia di angkot saat aku bersama ibu. Suasana malam hari, dia berbaju sama tapi kini bersama temannya.
"Eh ketemu lagi kak" sapaku.
"Eh, Rara." jawabnya singkat tanpa senyum, kemudian memalingkan muka.
"Siapa Ra, temennya yah?" tanya ibuku, seperti sifatnya yang bawel dia selalu ingin bertanya ini itu.Tapi kak Bayu berpaling dengan sombongnya, bahkan dia tak menjawab pertanyaan ibu dan bersikap tak peduli.
"dia bukannya yang ada difoto itu kan" Ibu sadar tenyata dia itu kayu.Dia marah atas sikap sombongnya kak Bayu. Dia mengomel ini itu, dan aku berusaha menahannya agar jangan sampai keceplosan bahwa aku menyukai dia, jangan sampai dia tahu.

Kemudian ibu dan kak Bayu saling berdebat dan bertengkar, ibuku sempat mengeluarkan sumpah serapah teradap kayu.Kayu pun tak tinggal diam, dia membalas dengan kata -kata yang tak kalah tajam. Aku tak bisa menahan tangis. Marah terhadap ibu yang membuatku malu dihadapan kayu, juga sedih melihat kak Bayu telah berubah. Karena tak bisa apa-apa akhirnya aku menangis.Kupalingkan wajahku melihat jalan yang bergerak di malam hari, kudengar lagu yang teramat sedih melatari tangisan suasana hatiku. Aku tak bisa menghentikan mereka. Aku hanya menagis sekerasnya menahan rasa sakit dan sesak didadaku.Aku terbangun dengan sisa senggukan yang terasa amat sakit. Saat kubuka mata, air mata telah membasahi pipiku.