Jumat, 22 Juli 2011

Senja



Aku tidak suka senja, rasanya tidak nyaman.
Jika aku tidak bisa mendapatkan pagi yang cerah, maka aku akan memilih malam yang gelap.
Bahkan aku lebih memilih hari yang panas dibanding senja.
Senja itu begitu muram , langitnya tidak hitam atau putih.
Warnanya tidak jelas mau seperti apa, gelap atau terang, dia buram seperti ragu ragu.
Senja mampu merobek hatiku sangat dalam dan membiarkan air mata ke luar tanpa sebab.
Semuanya menjadi terasa menyedihkan.
Jika seorang yang patah hati menangis maka dia akan menangis dalam senja.
Jika ada sebuah perpisahan, akan terasa sedih dalam waktu senja.
Senja hanya datang sesaat tapi dia bisa membawa dampak yang sangat lama.
Suara –suara nyanyian dalam senja menjadi sangat indah dalam sekejap tapi itu pun tanpa rasa.
Angin dalam senja enggan datang kecuali hanya menyentuh tanpa menggoyahkan.
Jadi jangan kau biarkan aku menanti dalam senja.
Senja cepat menemui malam, sedang kau tak pernah datang.

Bertahan Dalam Jenuh



Hidup itu tak seperti nonton drama,
Dia hanya tetap berjalan tanpa bisa kau hentikan
Tak ada playback yang memungkinkan kita mengulang kejadian yang terlewati
Tak mungkin mengintip apa yang terjadi selanjutnya melalui forwad atau next
Tak bisa di pause sejenak untuk melihat lebih jelas atau menunggu waktu
Tak bisa pula berhenti sesuai kehendak kita dengan tanda stop
Tidak hanya 20 atau 50 episode melainkan bisa menjadi 30 atau 70 tahun

Harus tetap berjalan meski terasa bosan
Harus tetap diarungi meski terasa berat
Tetap bertahan dalam jenuh