Kamis, 31 Januari 2013

Titik


Dan aku kembali ke titik itu.
Setelah melewati semua waktu yang terbuang untuk bertahan dan berjuang.
Semua menjadi sia-sia karena aku kembali ke titik itu.
Meski sempat tertawar harapan dan mimpi baru tapi aku kembali ke titik itu.
Apa mungkin semua tawaran itu gagal yang menyebabkan aku kembali ke titik itu.

Titik itu menemani tanda seru dan tanda tanya tanpa memberi jawaban.
Titik itu membuatku tak berpijak pada kenyataan lalu membuatku mati.
Mati rasa, mati hati, mati jiwa, mati cinta.
Titik itu sangat kecil dan jauh tersimpan tapi mampu menghancurkan semua rencana yang kubangun dan kususun dengan rapi.

Lalu apakah titik itu?
Titik itu adalah tanda aku tidak bisa bersyukur atas apa yang Allah berikan.
Titik itu adalah simbol bahwa aku tak mampu ikhlas atas apa yang Allah rencanakan.
Titik itu manusia.
Titik itu khayalan
Titik itu kenangan
Titik itu harapan
Dan titik itu tercipta untuk mengakhiri semua kalimat yang telah aku tulis.
Titik itu berakhir bukan lagi titik titik.

Kamis, 03 Januari 2013

Bapa menjemputku


Mimpi bertemu dengan almarhum bapa bukan hal yang aneh lagi bagiku. Sering dan berkali kali aku ditemani bapa dalam mimpi. Entah apapun makna dari mimpi itu, apa hanya karena aku merindukannya atau memang mimpi itu benar-benar ada maknanya, aku tak tahu.Seminggu kemaren dua kali aku bermimpi. Pertama, bapa makan delima yang aku bawa, yang kedua, aku dan dia jalan-jalan dengan kendaraan memasuki gang gang kecil melihat air yang jernih.
Malam ini pun aku bertemu dia lagi. Dirumahku sangat banyak orang, semua orang tidur berbaring bersama dalam satu ruangan, saat aku mau ikut tidur seseorang kakek berbaju putih mencariku, ketika kudekati ternyata almarhum bapa.
"pak" aku menyapanya kemudian salam(suntangan)
"aku datang untuk menjemputmu, tidak apa-apa kan kalau kamu pergi sekarang?" dia menatapku dan bertanya. Aku terkejut, apa itu artinya aku akan mati. Aku merasa siap meskipun sedikit takut.
"kalau memang harus sekarang, aku siap. Tapi aku tidak punya bekal apapun, bapa tahu kan gimana kelakuanku semasa hidup"
"tenang saja, kita akan menerimanya setiap hari jum'at" katanya. Kemudian aku ingat bahwa setiap malem jum'at arwah yang meninggal keluar untuk mencari siapa yang mendoa'kannya. Aku hanya punya ibu yang akan mendo'akanku, selebihnya tak ada lagi yang akan mendo'akanku saat aku telah mati.
Setelah itu aku melihat ibuku menangis sambil membaca surat An-Naba. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menghafal surat ini, tapi sampai sekarang aku baru menghafal 5 ayat. Ibu mungkin mendengar pembicaraanku dengan Bapa.
Sudah tahu aku akan mati kemudian aku keluar mencari keluargaku. Aku bertemu dengan keponakanku Dinda. Dengan senyum aku berkata padanya,"kamu harus banyak senyum, jangan bersedih". Aku mencium cakra, zema dan najwa.
 Yang menandakan otakku ga beres adalah aku ingat Song joong ki, bahwa aku belum tamat menonton dramanya. Parahhhh, mau mati juga masa inget korea bukannya inget dosa, hadeeeuuh.
sebelum pergi bapa berkata padaku : " kamu jangan membicarakan ini pada siapapun yah, bahwa aku menjemputmu, jangan pula kamu menulisnya"
Mungkin aku tidak akan membicarakan tentang mimpi ini pada siapapun, aku berjanji. Tapi untuk tidak menulisnya aku tidak bisa, dipagi ini saat aku sampai di kantor, aku menulis tentang mimpiku itu. Apa mungkin mimpi itu nyata?. Apa mungkin aku akan mati sebentar lagi. Aku cuma punya satu permintaan, bahwa jika aku mati, aku ingin mati khusnul khotimah dan tidak merepotkan orang yang hidup.