Jumat, 27 Januari 2012

Cintaku kamu

Vocal : Dhisa
Pencipta : Yovie Widianto

ku merasa saat kau datang kembali
mesti aku mencoba bertahan dan hindari
oh mengapa kau datang mengganggu lagi
di saat kau tak mungkin berada di sisiku

ku sadari meski bintang bersinar di langit indah
aku tak akan mampu menggapai sinarnya
dirimu kan selalu di sana dengannya
takkan berubah meski cintaku kamu

oh mengapa kau datang mengganggu lagi
di saat kau tak mungkin berada di sisiku

ku sadari meski bintang bersinar di langit indah
aku tak akan mampu menggapai sinarnya
dirimu kan selalu di sana dengannya
takkan berubah meski cintaku kamu


Dhisa Cintaku Kamu
Suara adzan itu mengembalikan ingatanku ke beberapa tahun silam, waktu ku kecil di kampung dulu. Sebelum adzan tiba, saat anak-anak lelaki berpuji-pujian di mesjid mengagungkan asmaNya, aku akan bersiap memakai kain sarung menutupi celana pendekku yang selutut, memilih kerudung ibu yang bisa menutupi kepala tapi tidak menutupi poniku.Kuambil kitab suci ,tak lupa dengan "tutunjuk" yang dibuat oleh ...bapa, lalu pergi mengaji. Dalam rumah panggung yang berdindingkan anyaman bambu (bilik),rekar alas alquran berderet panjang di bawah lampu yang kurang terang. Kami berputar, mengaji bergiliran diajari guru ngaji. Magrib. Subuh.dzuhur. Ya Allah, aku rindu suasana itu.
Wangi itu, minyak wangi dari mekah, mengingatkanku pada waktu SMP dulu saat baru pindah rumah. Wangi dari tubuh para guru ngaji. Aku harus pergi jauh ke kampung sebelah agar bisa mengaji agama. Rumah baruku yang dikota,tak ada pengajian untk anak seusiaku. Fiqih,tauhid,tajwid,baca tulis Qur'an,hapalan hadis, hapalan kitab sapinah,mizan, terjadwal dengan rapi setiap harinya. Menyesal,Aku berhenti mengaji dengan beribu alasan pada ibu. Aku bilang kejauhan, ibu kecewa, dia bilang dulu dia lebih jauh lagi pergi ke pengajian, melewati sungai dan sawah, sedang aku masih bisa ditempuh dengan naik angkot. Aku mencari alasan lain hingga ibu bilang terserah. Aku berhenti hanya karena hal sepele, ketidakmampuanku untuk bergaul dengan teman-teman sepengajian menjadikanku terasa terasing sendiri di kampung orang. Jika aku pergi dari rumah setelah magrib, aku akan ketinggalan sholat berjamaah dan menjadi paling akhir datang. Jika aku datang sebelum magrib, surau masih kosong, hanya ada bapa-bapa muadzin yang tak ku kenal, membuatku tidak nyaman,maka besoknya aku akan menunggu magrib di pos kamling sendirian dan merasa kikuk saat ada orang lewat. Jika lagi beruntung, aku akan pergi ke rumah temanku dan menunggu magrib disana, tapi kadang dia sering tidak pergi ngaji ke surau. Aku juga merasa tidak nyaman bertamu di rumah orang saat menjelang magrib. Alsan-alasan itu tak kusebutkan pada ibu,cukup kukatakan kejauhan, maka ibu akan memarahiku dengan ucapan "dasar males". Aku dulu berharap ibu pindah rumah ke kampung itu agar bisa ngaji lebih deket, atau ada pengajian seperti itu dikampungku. Tapi itu tidak prnah terjadi. Ya Allah, aku minta ampun padaMu.
Aku rindu masa-masa itu ya Rabb. Pintaku kini, bantulah aku untuk lebih dekat denganMu. Saat ini di tempat perantauanku yang jauh dari orang tua, bukan tidak ada pengajian. Hanya saja aku masih sibuk dengan dunia. Pengajian itu ada di pagi hari dan siang saat aku harus bekerja. Di waktu libur, aku pergi untuk kuliah. Jadi kesempatan itu tak pernah bertemu. Ijinkan aku menghadiri majlis-majlisMu Allah. Aku rindu akan ilmu-ilmu Engkau. Masukanlah aku dalam golongan yang senantiasa menghadiri pengajian.

Senin, 09 Januari 2012

Mimpi gila

Aku kemping gak bawa baju atau apa apa, datang terlambat saat hari sudah mau gelap.Aku meminjam baju Rinrin karena dia pulang, gak ikut nginep. Bajunya cuma kaos tipis, tapi lumayan daripada aku hanya memakai satu baju saja.
Waktu kumpul di api ungun, seorang pria mau meminjamkan jaketnya padaku, dia masuk ke tendanya, tapi kemudian pria lain melepas jaketnya dengan cepat lalu memakaikannya padaku.Tebal dan hangat. Aku gak kenal siapa mereka. Aku datang ke sini sendiri. Seusai kumpul Aku masuk tenda untuk tidur, dengan jaket yang tadi di pinjamkan jadi lumayan hangat untuk melawan udara pegunungan yang sangat dingin.Tapi kemudian Aku membagi jaketku pada seorang gadis remaja yang mengigil kedinginan padahal dia sudah pakai jaket dan kaos kaki.
" Deketan aja tidurnya sebelah sini nanti biar jaketnya bisa dipakai berdua." Aku menawari si gadis yang kedinginan.
" oh iya, makasih kak" Jawabnya kemudian merapat.
"Jaketnya punya kakak bukan, ini sama kayak punya kakakku" tanya dia saat jaket itu menutupi bahunya dan bahuku.
" Bukan punyaku, ini tadi ada yang minjemin. Mungkin itu kakakmu"
" Pasti bukan, soalnya kak Radit orangnya pelit" jawabnya sambil menguap kemudian memejamkan mata untuk tidur.

Pagi tiba, aku pergi ke tempat pemandian dan menikmati pemandangan sekitarnya sendirian.
" Cuaca dingin sekali, kamu kuat yah gak pake jaket." pria yang meminjamkan jaketnya semalam datang menghampiriku.Aku hanya bisa menjawab dengan senyuman, karena kurasa dia harusnya tahu kenapa aku gak pake jaket.
" Jaketku mana?" tanya dia kemudian.
" oh itu... dipake temen setendaku, nanti biar aku ambil dari dia" pasti dia kesal karena aku malah minjemin ke orang. Tapi biarlah kan yang pake adiknya.
"Kamu tahu ga, apa aja caranya buat mengatasi dingin kayak gini selain pake jaket."
"Bikin api ungun"
" emh..bisa, selain itu apa lagi?" dia menatapku dengan mata menyelidik. Aku melihat dia senyum, lumayan manis.Aku menggelengkan kepala karena ga punya jawaban lain.
Dia mendekat padaku, dalam hitungan detik tangannya memeluk tubuhku kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Aku benar-benar membeku seperti es karena terkejut, tak ada tenaga untuk mendorong tubuhnya menjauh dariku atau hanya untuk sekedar memalingkan muka, terlalu cepat semuanya terjadi. Bibirnya kemudian melumat bibirku dengan lembut, aku masih terpaku. Hanya dalam hitungan detik saja kurasa semuanya berlangsung. Dia menjauhkan wajahnya dari wajahku kemudian tersenyum,tangannya menyentuh jemariku yang sedingin es balok.
" aduh..Ternyata bukan jadi hangat, malah jadi makin dingin" katanya dengan terkejut yang dibuat-buat kemudian tersenyum lagi.
Aku melangkah pergi menjauhinya tanpa berkata apapun, benar-benar gila dia. Orang gila asli. Tapi... kenapa aku nggak berontak, huh..apa aku yang sudah gila.