Jumat, 27 Januari 2012

Suara adzan itu mengembalikan ingatanku ke beberapa tahun silam, waktu ku kecil di kampung dulu. Sebelum adzan tiba, saat anak-anak lelaki berpuji-pujian di mesjid mengagungkan asmaNya, aku akan bersiap memakai kain sarung menutupi celana pendekku yang selutut, memilih kerudung ibu yang bisa menutupi kepala tapi tidak menutupi poniku.Kuambil kitab suci ,tak lupa dengan "tutunjuk" yang dibuat oleh ...bapa, lalu pergi mengaji. Dalam rumah panggung yang berdindingkan anyaman bambu (bilik),rekar alas alquran berderet panjang di bawah lampu yang kurang terang. Kami berputar, mengaji bergiliran diajari guru ngaji. Magrib. Subuh.dzuhur. Ya Allah, aku rindu suasana itu.
Wangi itu, minyak wangi dari mekah, mengingatkanku pada waktu SMP dulu saat baru pindah rumah. Wangi dari tubuh para guru ngaji. Aku harus pergi jauh ke kampung sebelah agar bisa mengaji agama. Rumah baruku yang dikota,tak ada pengajian untk anak seusiaku. Fiqih,tauhid,tajwid,baca tulis Qur'an,hapalan hadis, hapalan kitab sapinah,mizan, terjadwal dengan rapi setiap harinya. Menyesal,Aku berhenti mengaji dengan beribu alasan pada ibu. Aku bilang kejauhan, ibu kecewa, dia bilang dulu dia lebih jauh lagi pergi ke pengajian, melewati sungai dan sawah, sedang aku masih bisa ditempuh dengan naik angkot. Aku mencari alasan lain hingga ibu bilang terserah. Aku berhenti hanya karena hal sepele, ketidakmampuanku untuk bergaul dengan teman-teman sepengajian menjadikanku terasa terasing sendiri di kampung orang. Jika aku pergi dari rumah setelah magrib, aku akan ketinggalan sholat berjamaah dan menjadi paling akhir datang. Jika aku datang sebelum magrib, surau masih kosong, hanya ada bapa-bapa muadzin yang tak ku kenal, membuatku tidak nyaman,maka besoknya aku akan menunggu magrib di pos kamling sendirian dan merasa kikuk saat ada orang lewat. Jika lagi beruntung, aku akan pergi ke rumah temanku dan menunggu magrib disana, tapi kadang dia sering tidak pergi ngaji ke surau. Aku juga merasa tidak nyaman bertamu di rumah orang saat menjelang magrib. Alsan-alasan itu tak kusebutkan pada ibu,cukup kukatakan kejauhan, maka ibu akan memarahiku dengan ucapan "dasar males". Aku dulu berharap ibu pindah rumah ke kampung itu agar bisa ngaji lebih deket, atau ada pengajian seperti itu dikampungku. Tapi itu tidak prnah terjadi. Ya Allah, aku minta ampun padaMu.
Aku rindu masa-masa itu ya Rabb. Pintaku kini, bantulah aku untuk lebih dekat denganMu. Saat ini di tempat perantauanku yang jauh dari orang tua, bukan tidak ada pengajian. Hanya saja aku masih sibuk dengan dunia. Pengajian itu ada di pagi hari dan siang saat aku harus bekerja. Di waktu libur, aku pergi untuk kuliah. Jadi kesempatan itu tak pernah bertemu. Ijinkan aku menghadiri majlis-majlisMu Allah. Aku rindu akan ilmu-ilmu Engkau. Masukanlah aku dalam golongan yang senantiasa menghadiri pengajian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar