Rabu, 26 Januari 2011

Feeling Mama

Cerita ini mungkin melanggar hukum jika kuposting disini karena yang ini sudah kuikutsertakan dalam lomba cerpen sebuah majalah. Tapi itu kalau dia jadi juara, berhubung tak pernah ada kabar dari pihak yang bersangkutan, maka biarkan blog ini menjadi tong sampah atas cerita yang tidak keterima oleh para juri.Wilujeng maca ^_^

Feeling Mama
Oleh: Fuzi Ruh

Sudah seminggu lebih demamku belum turun, batuknya juga belum reda padahal kata dokter aku hanya kecapean dan kurang vitamin. Kecapean berarti aku mahasiswi rajin yang sedang bekerja keras menghadapi semua mata kuliahku, kurang vitamin berarti aku anak kost yang ga bisa ngejaga asupan makanan bergizi. Aku gak mau kasih kabar ke mama kalau aku sakit. Memang sih, Jakarta-Bogor tidak terlalu jauh jika aku minta mama ke kostanku, tapi aku ga mau bikin dia khawatir dan merepotkan. Berarti aku manja dong, mama I miss you. Dan aku terlelap karena lelah.
“Mama ga bawa apa-apa, Cuma bawa nasi timbel sama tempe, kalau tahu kamu sakit, tadi mama bawain obat stelan flu.” Saat kubuka mata, mama sudah ada di sampingku. Ternyata tak perlu telpon atau sms untuk memanggilnya, hanya cukup telepati. Ajaib memang, dan aku bisa makan di tempat tidur tanpa harus pergi ke warteg.
“Feeling mama kamu sakit bukan karena patah hati kan?. Mungkin Malarindu, atau TBC alias Tekanan Batin Cinta?” tanya mama membuat nasi timbel yang kumakan jadi terasa seret di tenggorokan. Mama ternyata punya diagnosa sendiri tentang sakitku.
“Siapa yang lagi deketin kamu, atau kamu lagi suka sama siapa. Mama tahu kalau kamu bertepuk sebelah tangan kamu akan jadi pemalas, tidak suka diatur dan sering melamun,akhirnya prestasimu anjlok. Tapi Jika kamu punya pacar dan merasa dicintai maka kamu akan banyak berprestasi dan konsentrasi belajar. Kamu Cancer”
“Jangan bilang kamu masih suka sama anak pesantren itu,” selidiknya. Aku membantah cepat-cepat waktu dia mengungkit tentang Ikhwan, orang yang kusukai beberapa tahun ke belakang waktu aku masih SMA.
“Nggak mah, perasaanku sama dia sudah biasa.”
“Iya itu kan di mulut, mama takut aja gara- gara dia kamu jadi ga mau pacaran. Mama kan tahu kamu tuh susah banget buat jatuh cinta. Sekali jatuh cinta bener-benar cinta mati.” Mama berusaha menyelidik hatiku lagi, kuyakinkan dia bahwa Aku sudah melupakan Ikhwan. Karena jatuh cinta sama Ikhwan aku tak melihat orang yang mencintaiku, karena dia sekarang aku kehilangan cinta yang sesungguhnya. Cinta Re yang selalu menemaniku. Dan mengalirlah cerita tentang perkembangan kisah cintaku saat ini pada mama. Aku tak pernah tahan punya rahasia dari mama karena bagiku mama seperti guru, sahabat, kakak perempuan, bahkan kadang- kadang seperti adikku yang manja. Selain hati lega karena curhat, mama selalu punya solusi dan jalan keluar dari semua masalahku.
“ Kamu tahu kenapa dia menghindar dari kamu?” Tanya mama saat aku selesai curhat. Kugelengkan kepalaku karena aku benar-benar tidak tahu alasan Re menjauh dariku. Aku hanya merasakan kalau hari-hariku menjadi sepi saat dia tak pernah mengirimi aku sms manis atau menelponku lagi.
“Ada banyak kemungkinan sih, tapi feeling mama….” Mama menggantung kata-katanya kemudian termenung dalam. Setelah sekian tahun menyukai Re, aku baru berani curhat ke mama, padahal biasanya tak ada satu ceritapun yang pernah kulewatkan.
“Feeling mama bener kan waktu dulu mama bilang kalau Reza tuh sayang banget sama kamu, malah dia sudah minta ijin ke mama buat deketin kamu, tapi kamu terus fokus ke Ikhwan. Dan feeling mama, Reza sekarang lelah bersabar untukmu, apalagi kamu udah nolak dia.” Mama kemudian mendesis seperti habis makan cabe, pasti dia geregetan padaku. Maafkan aku mama aku tak mendengarkan feelingmu.
“Tapi selama janur kuning belum melengkung kamu harus tetap berusaha, rebut hatinya kembali.”
“Aku sedang berusaha melupakannya ma, sekarang pasti dia udah punya pacar, jadi aku …...”
“Ikuti kata hatimu.” Mama memotong kata-kataku.
“Jangan setengah-setengah dalam melangkah atau kamu akan kehilangan banyak waktu. Kejar dia sampai dapat atau lupakan dia untuk selamanya. Feeling mama sekarang ini kamu hanya bertahan tak pasti, berapa tahun pun kamu berusaha melupakan dia hasilnya akan tetap sama jika kamu diam tak bergerak.” Tangan mama mengusap rambutku lembut. Dia benar tentang itu, bahwa aku harus mengungkapkan perasaanku pada Re seperti aku dulu mengungkapkan perasaan pada Ikhwan. Walaupun hasilnya aku menangis karena ditolak, tapi aku jadi punya alasan untuk melupakannya dan sekarang perasaanku hanya teman biasa padanya, itu hasil dari aku berani mengungkapkan perasaanku.
“Reza sudah tahu kalau kamu mencintainya?” tanya Mama. Aku menggeleng pelan, yang kutahu hanya Re mencintaiku dan aku menolak cintanya, apa dia tahu kalau sebenarnya aku mencintainya, aku tak tahu. Aku menolak Re waktu dulu karena aku munafik, atau bodoh atau entah kenapa aku tak tahu meski aku benar-benar membutuhkannya.
“Kejar dia, kamu masih punya nomor telponnya kan, telpon dia.”Mama menyemangatiku lagi. Memang sejak dulu aku tak pernah menghubunginya lebih dulu, meski sebenarnya aku menangis karena rindu tapi aku hanya menunggu dia menghubungiku. Setelah beberapa kali dia menyatakan cinta ingin jadi pacarku dan beberapa kali itu kutolak, dia menghilang tak pernah menghubungiku lagi. Hampir setengah tahun, apa dia benar-benar melupakanku, apa dia membenciku?. Aku tak pernah berhenti memikirkannya.
*****
“Ra,gimana reza, dia udah sms atau telpon kamu belum.” Sms mama membuatku terhenyak. Beginilah resiko curhat ke mama, dibawelin.
“Keep chaiyo yah…Mama doain biar hubungan kamu membaik sama dia. Mama punya sajak bagus,feeling mama kamu kirim ke dia deh biar dia klepek-klepek.” Sms kedua dari mama, ya ampun mirip abg aja kata-katanya. Aku membalasnya singkat saja.
Kemarin lusa aku coba kirim sms ke dia menanyakan kabarnya,biasanya setelah dia jawab baik-baik saja kami kemudian terus saling balas membalas sms untuk ngobrol. Kali ini laporan terkirim tapi sampai hari ini tak ada balasan. Kemarin kucoba sms lagi, cerita tentang berbagai hal ke dia, laporan terkirim tapi balasan tak ada. Aku benar-benar teriak dalam hati, apa yang terjadi, apa yang kulakukan, Re mengabaikanku. Aku coba positif thingking, mungkin dia tak ada pulsa, atau smsnya tidak sampai. Kemana aku harus bertanya ya Tuhanku. Tak ada pilihan lain, aku harus menanggalkan harga diri atau keegoisanku demi menelponnya.
“Telpon yang anda hubungi sedang tidak aktif, silakan coba beberapa saat lagi.” Dan aku putus asa.
“Mah, Aku dah sms dari kemarin tapi dia ga bales-bales. Aku jadi malu sama diri sendiri, mungkin dia benci sama aku mah, aku nyerah aja ah.” Kukirimkan sms ke mama.
“Cintaku udah usaha apa buat Reza?” tanya mama di smsnya.
“Ga ada. Rara coba sms tapi ga pernah di bales. Akhirnya aku memutuskan untuk menyerah sebelum berusaha” jawabku pada mama.
“Kalo kamu menyerah sebelum berusaha yah cuma seperti ini jawabannya. Gimana kamunya aja. Feeling mama Reza mah udah berusaha banyak buat kamu dan sudah tahu hasilnya. Walaupun dia salah duga setidaknya kamu telah membuatnya mengira bahwa hasilnya seperti itu.Sekarang mah dikembalikan ma kamu aja.”
“Apalagi yang harus kulakukan untuk Re, apapun mungkin akan kulakukan tapi apa?” Aku hanya mengatakan itu dalam hati tak berani untuk kutulis dan kukirimkan ke mama. Aku ragu untuk melangkah, mungkin menyerah sajalah.
*****
Aku harus memaksakan diri untuk ke kampus meski masih sedikit demam. Mau tidak mau karena hari ini mulai UTS, kalau ujian menyusul hanya akan nambah biaya lagi. Aku bisa mengatasi semua dan yakin nilaiku akan bagus. Walaupun sebenarnya aku selalu ingat Re tapi belajar membantuku sedikit melupakannya. Aku bisa melupakan patah hati karena belajar, bukan melupakan belajar karena patah hati seperti dugaan mama. Jadi kangen mama, kalau beres UTS akan kusempatkan pulang ke Bogor, sudah lama rasanya.
Handponeku berdering tanda ada sms masuk, dari seseorang yang sedang aku pikirkan yaitu mama. Aku senang karena selalu merasa kalau ikatan batin diantara kami sangat kuat dan semakin terkejut saat kubaca isi smsnya.
“Ini no Hp Reza 081584812222, sms dia atau lebih bagus lagi telpon. Kamu harus mundur jika sudah berusaha, sekarang feeling mama kamu belum melakukan apapun.” Aku bertanya dari mana mama dapet nomernya?. Aku tidak bisa menghubungi Reza kenapa mamaku bisa, diputar berapa kali pun otakku tetap buntu. Sudahlah, yang terpenting adalah bagaimana aku mulai berkomunikasi dengan no ini untuk memastikan apakah benar ini nomer baru Re.
“Test” aku mengirimi SMS ke Re dengan kata sesingkat itu. Menulis kata seperti itu saja aku memikirkannya selama dua hari dua malam, lebih sulit dari ujian menghitung kontruksi struktur beton dalam Mata kuliah yang paling kutakuti. Tiba-tiba Re menelpon. Bukannya diangkat aku malah nangis sesenggukan. Karena terkejut, rasanya seperti kobaran api yang tiba-tiba disiram air, atau seperti tubuh yang demam tinggi diberi air es, menggigil. Setelah nadanya berhenti baru aku nyesel,bodoh, cumi, once semua kata-kata itu keluar mengutuki diri sendiri, habisnya aku bingung mau ngomong apa. Kuhembuskan nafasku panjang dan tiba-tiba bunyi sms masuk.
“Kurang kerjaan?!!” Isi smsnya,dari Re. Aku terpekik senang.
“Waduh maaf banget ya, ganggu,,.-c” Jawabku kaku.
“Mau gangguin sih ga masalah…tapi setidaknya kamu ngasih tau sapa kamu… jadi ga aneh kayak gini….gitu.” Re tak tahu nomerku. Apa dia ga menyimpannya, atau sudah menghapusnya, jangan-jangan nomer ini bukan punya dia.
“Wuih galak. Iya aku lupa.Maaf belum kasih tahu dulu, ini Clara, peace ah” Aku tetap sok akrab dengan nomer ini, berharap mama gak salah kasih nomernya Re.
“Hehe..sory Ra…habisnya kesel sih ke no yang ga dihapal tuh....banyak yang iseng ini teh… sory ya cinta..he..he…lagi apa, dimana,bareng sapa? Kamana aja sih sombong yah kamu?” Aku kaget membaca balasan sms Re, tapi lebih tepatnya seneng banget bisa komunikasi sama dia lagi setelah hampir setengah tahun bisu.
“Mau tidur tapi susah, jadinya iseng, kayaknya situ yang sombong he..he… sory yah tadi ga diangkat telponnya..”
“Owwyeaah..hehe, kenapa atuh, apa yang dipikirkan? Jangan mikirin aku agh…tar kangen lagi…he..he…haha…Re sombong ghitu..mau telpon sih tapi beda operator hehe…malez ah ..mahal.” Dia adalah Re yang kukenal waktu SMA, selalu hangat dan penuh canda.
“Emang iya lagi mikirin Re, kangen banget lagi..ha..ha (+_+)”
“Dugh..bisa aja nih.. Ge-eRin orang. Tapi emang iya, wajar sih kalau orang mah…kadang ada saatnya kita inget sama seseorang sekaligus membutuhkannya..hehe..jad so sweet gini yaa…^^” Itu balasan smsnya. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Dia memang Reza. Tapi aku ragu apakah dia Re yang kukenal setengah tahun yang lalu. Aku takut Dia bukan lagi.
****
” Ra, kalau misal kamu bilang sayang dan cinta ke Reza, kira-kira menurut kamu gimana?. Reza bakal gimana?” Pertanyaan mama yang lagi-lagi mengagetkanku. Saat itu aku pulang ke rumah di Bogor karena libur.
“Mmmh.,Feeling aku yah mah! Tapi aku ga tau perkembangan perasaan dia padaku gimana.” Aku meniru gaya bicara mama, memang bermaksud meledeknya.
“Feeling aku….Di satu sisi, berarti aku punya keberanian buat ngungkapin perasaan. Itu hal yang luar biasa dan aku ga bisa. Ga tahu kalo menurut Re. Ada 2 kmungkinan.
1.Di terima dan insyaAllah percaya Re bakal sayang abis.
2.ditolak dengan halus, tapi aku percaya re bakal jadi temen atau sahabat, dan ga bakal ngehindar. Itu Feelingku, mama..”
“Tapi kenapa sampai sekarang yang terjadi Reza belum bales smsnya yah. Mama harap kemungkinan yang pertama karena feeling mama dia masih cinta. Tapi kalaupun harus menerima kemungkinan kedua itu ga papa. Bagaimanapun hasilnya jangan ga dibales seperti ini. Bikin bingung orang aja, padahal sudah dua hari” Mama berbicara bergumam seperti untuknya sendiri. Aku masih mencerna dengan apa yang barusan kudengar. Apa maksudnya Re belum bales sms, dan sms apa, siapa yang mama maksud, aku belum paham.
Jam 1:14 malem aku belum tidur karena ada pekerjaan menghitung estimasi bangunan rumah yang harus kuselesaikan, tiba-tiba aku nerima sms, tertulis di layar hp namanya Re.
“Re kaget lho!!.Ra sms seperti itu kemaren..jadi bingung harus ngbalez apa.??Tapi tetep, Re harus ngasih jawaban yang jelas..Untuk saat ini…Mungkin waktunya kurang tepat Ra...Soalnya, saat ini Re udah jadi milik orang laen..Makasih ya Ra untuk semuanya..Mudah2an nanti Ra dapetin yang lebih baik dari Re.”
Terjawab semua apa yang mama gumamkan tadi siang. Pasti tanpa sepengetahuanku mama bilang aku suka dan cinta sama Re. Aku cek kotak keluar di Hpku, mencari sms yang mungkin dikirimkan mama. Tak ada, tak satu pun. Seperti anak ayam kehilangan induk, aku bolak-balik ke kamar mama dan kamarku dengan bingung. Aku bingung harus jawab apa karena aku ga tahu apa yang dikirim mama sebelumnya ke Re. Mau bangunin mama ga tega juga.
“Ok.Thanks buat jawabannya. Sebenarnya Ra udah tau. Sekarang Ra lega, karena dah ungkapin semuanya ke Re dan tau kepastiannya.Alhamdulilah.”
Hanya itu yang aku mampu ucapkan. Terlepas dari itu jujur dari hati atau tidak, karena sebenarnya hati dan kepalaku benar-benar meledak. Dulu Re pernah suka aku dan mau jadi pacarku tapi itu dulu sebelum aku telah mengecewakannya dengan kerasnya hatiku menolaknya. Dan kini semuanya telah hilang. Aku pergi ke tempat tidur mama dan memeluk punggungnya.
“Maafkan aku mama, cinta Re bukan untuk Rara lagi.”
“Aku maafkan nak,,sekarang carilah gantinya. Buat mama bahagia dengan melihatmu bahagia.”
Aku tak tahu apa yang mama kirimkan ke Reza, tapi aku tak akan bertanya apapun karena feeling mama tak akan pernah salah.

^_^
Thank for my best friend acie yang menginspirasi cerpen ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar