Senin, 29 Oktober 2012

Sifut telah menjadi siput

Sifut adalah julukanku waktu SMA, meskipun tidak semua tahu tentang ini. Julukan itu aku sendiri yang membuat, yaitu kependekan dari SIti FUZi. Karena sifuj terlalu biasa maka aku mengganti menjadi SIPUT biar lebih unik. Pasti tahu dong kalau siput itu sejenis keong. Dia termasuk moluska , geraknya pelan, dan cara berjalannya seperti cacing. Kata siput selalu identik dengan pelan. Sebenarnya gerakku tidak sepelan siput, dan lumayan cekatan dalam bekerja.*ehem..ehem..muji sendiri.Jadi intinya panggilanku sifut bukan karena aku lamban seperti siput melainkan cuma mendekati singkatan namaku dari siti fuzi. Selain pelan siput juga diartikan hewan yang pemalu atau penakut. Dia punya rumah dipunggungnya, dia akan bersembunyi jika merasa dalam bahaya atau takut. Kupikir itu cocok denganku karena waktu SMA aku termasuk pendiam dan kurang gaul. Aku tertutup dan ga banyak cerita kalau bersama teman sekelas. Maka aku jadi semakin suka nama siput, kupikir si keong itu ga jelek-jelek amat., jadi aku pakai nama itu buat acount email atau nama samaran dalam hal-hal lain.
Tapi.... seperti kata pepatah, nama itu adalah doa. Setiap arti nama mencerminkan pribadi, kelakuan dan nasibnya. Ini kata pepatah, tapi terkadang suka kebetulan benar. Setelah aku memberikan nama pada diriku sendiri siput, maka sepertinya kehidupanku berjalan menjadi lambat. Saat ulang tahun bulan juni kemaren, aku sempat merenung dan tafakur mengingat apa saja yang telah kulakukan hingga aku berumur 28 saat ini. Jawabannya adalah belum melakukan apa-apa, tidak ada apa-apa.
Lambat makan
Entah sejak kapan kalau aku makan lambat banget. Dulu kayaknya ga lelet lelet amat. Ibuku selalu ngajarin buat makan dengan cepat.Tapi terakhir kali kalau makan ngariung (ngumpul) sama keluarga pasti selalu yang terakhir selesai. Begitu juga kalau di kantor, makan yang paling pertama tapi selesai paling akhir. Lambatnya sih karena lambat ngunyah kayaknya.
Lambat dandan
Kalau mau dandan mau pergi butuh waktu 1 setengah jam buat persiapan. Kalau kurang dari itu atau dadakan biasanya pasti ada yang ketinggalan atau ada yang belum beres. Kebiasaan buruk nih.
Lambat Kuliah
Ketika teman-teman SMA seangkatanku  lulus kuliah dan mulai mencari kerja atau dapet kerja, aku baru masuk kuliah. Ini lambat 6 tahun. Karena kelamaan jeda dan sudah bekerja, tentunya kuliah kelas biasa tidak mungkin lagi, lalu aku masuk kelas karyawan di tahun 2008. Masuk 2008 harusnya untuk program S1 sudah lulus di 2012 , tapi aku lambat lagi, 2012 masih dipertengahan semester. Soal kenapa jadi lambat banyak faktor. Cuti, merasa salah jalur, tidak kuat mental, dan alasan-alasan lainnyA. Udah masuk kuliahnya lambat, nyelesainnya juga lambat.
Lambat nikah
Sebenernya persfektif lambat-atau tidak mengenai nikah ini variatif, tergantung pola pikir orang dan budayanya. Aku lihat berdasarkan rata-rata dan budaya di Indonesia. Kalau dilihat teman- teman seumuranku mereka sudah punya 2 bahkan 3 anak, meskipun ada juga yang belum tapi secara garis besar sudah nikah dan berkeluarga. Aku masih belum menemukan tambatan hatiku untuk soal ini..cie..cie bahasanya. Kalau dibandingkan teman seumuranku, bisa dibilang aku termasuk yang telat nikah.

 Memang tidak sepenuhnya jelek juga sesuatu hal yang lambat.Ada pepatah biar lambat asal selamat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dengan terlambat kita bisa melihat lebih banyak. Tapi lambat juga ada yang bersifat negatif. Jadi mestikah nama siput dibuang jauh-jauh? Lalu aku ganti jadi The Flash. Ah.. kayak tokoh kartun... dan nama itu dah dipake provider..hehehhe.Jadi intinya apa tulisan di atas? kadang-kadang nih si fuzi, nulis yang ga jelas.Pokoknya maksudnya sifut telah jadi siput beneran.

Mengapa lambat?
Kalau soal lambat makan dan lambat dandan itu adalah kebiasaan, bisa dirubah secepatnya. Kalau soal lambat kuliah dan nikah itu adalah nasib. ^_^
Ibuku mungkin menyalahkan dirinya sendiri karena tepat saat aku keluar SMA keluargaku jatuh terpuruk sehingga aku tidak bisa melanjutkan kuliah. Andaikan Ibu ga jatuh miskin waktu itu mungkin kau bisa kuliah ke Bandung. Aku selalu mengatakan pada ibu itu tidak benar, bukan karena tidak ada biaya atau miskin aku tidak melanjutkan kuliah. Jika keadaan waktu itu ibu mampu, aku akan tetap tidak kuliah karena bingung harus masuk jurusan apa?.Aku lambat kuliah karena satu alasan, yaitu aku tak punya tujuan hidup yang jelas. Aku tak punya cita-cita mau jadi apa kelak setelah keluar SMA. Dari kecil sama sekali aku tidak punya cita-cita dalam hidup, apalagi punya mimpi jadi seseorang yang hebat. Jika dulu aku punya cita-cita mau jadi apa?, mau kemana?, pasti akan ada jalan untuk menujunya.Tak ada alasan tak punya biaya, tak punya kawan, tak punya kemampuan, semuanya akan datang sendiri jika punya keinginan. Baru sekarang aku tahu bahwa dengan mimpi dan cita-citalah seseorang bisa hidup dengan sukses.
Sekitar 2008 aku membaca novel Andrea Hirata "Laskar Pelangi". Kemudian aku menemukan, kehidupan cerita seperti dialah apa yang sebenarnya yang aku inginkan. Tiba-tiba aku menjadi iri padanya, dari mulai kecil aku ingin seperti itu, kemudian besar aku juga ingin seperti dia. Tapi waktu itu aku telah lambat beberapa langkah, tak bisa lagi meniru langkahnya.Setelah membaca novel itu aku menyusun semua apa yang kuinginkan dalam hidup, semua profesi yang ingin kugeluti, semua cita-cita yang mungkin pernah kuinginkan tanpa sadar. Benar-benar terlambat menyusun mimpi, harusnya kulakukan saat aku berada di SMP atau SMA. Tapi aku tak peduli lagi, meski kuliah biasa tak mungkin diterima, masih ada kelas karyawan. Aku menyusun semua cita-cita : (aneh juga cita-citanya heheh)
1. Sutradara film.
2.Penulis
3.Dubber
Tapi semua jalan itu bertolak dengan apa yang kulakukan, aku kerja sebagai drafter arsitektur, jika aku melepasnya kemudian kembali dari nol untuk mengejar cita-cita, aku terlambat dalam waktu. Bukan waktunya lagi untuk spekulasi dengan nasib. Maka dengan sedikit dialog dengan Allah, aku bertanya padaNya. Kalau aku jadi Arsitek mungkinkah?. Aku tak bisa menggambar dan berhitung, sesuatu yang arsitek perlukan?. Keraguan itu tiba-tiba hilang dan dengan yakin aku putuskan tujuan hidupku selanjutnya adalah menjadi sarjana Arsitektur. Karena aku sudah nyemplung di dunia arsitektur tanpa sengaja, maka kuputuskan cita-citaku selanjutnya adalah jadi Arsitek.
Kalau penyebab kenapa bisa lambat lulus kuliahnya, itu karen aku ga kuat mental. Aku selalu merasa salah jalan telah memilih arsitetur, karena setiap kali aku merancang, selalu kalah perang melawan diri sendiri. Perasaan minder, ga bisa ini, ga bisa itu, dan terutama manajemen waktu dan manajemen perasaannya sangat jelek sehingga saat aku down,  berfikir untuk berhenti dan melepas cita-citaku ini. Atau mungkin selalu ada rasa, aku ga suka jadi arsitek, aku hanya ingin menikmati nonton drama sepanjang hidupku, salah masuk jurusan nih. Tapi nyatanya aku selalu kembali ke jalan yang sama setelah melepas. Maju mundur maju mundur hingga akhirnya lambat langkah dari teman-temanku.
Karena meski banyak penyesalan kenapa dulu ga gini atau gitu, tapi kemudian banyak juga jawaban oh ternyata memang harus terlambat karena ini dan itu. Selalu ada makna dalam setiap langkah hidup yang kita lalui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar